Search
Close this search box.

Sebanyak 120 orang lolos dalam seleksi tahap kedua calon komisaris Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) periode 2012-2017 pada Rabu (14/03). Dua di antara mereka adalah aktivis LGBT, yaitu Dede Oetomo dan Yulianus Rettoblaut. Nama yang belakangan ini pernah mengikuti seleksi serupa pada tahun 2007 tapi kandas pada fit and proper test di DPR. Bagaimana peluangnya kali ini?

Yulianus Rettoblaut mengatakan ia berpikir positif kali ini. Menurutnya sudah banyak terjadi kemajuan sikap dalam masyarakat terhadap kelompok-kelompok marjinal seperti dirinya. Dalam seleksi tahap pertama dan kedua, Yulianus tidak menghadapi komentar atau isu negatif tentang pencalonannya.

Bahkan dari pengalaman dialog dengan publik, mereka positip terhadap pencalonan itu. “Aku merasa kesadaran masyarakat sudah lebih baik,” demikian Yulianus membandingkan dengan saat pertama kali mengikuti seleksi tahun 2007, juga untuk posisi yang sama.

Kelompok marjinal
Selama lima tahun belakangan, Yulianus bersama dengan teman-teman aktivis LGBT lainnya banyak melakukan kampanye serta mendorong pemerintah untuk memberlakukan affirmative action dalam arti label sebagai transgender tidak perlu dipermasalahkan. Demikian jelas Yulianus.

“Terlebih lagi karena Indonesia juga sudah meratifikasi konvensi Hak Hak Azasi Manusia.”

Di samping membela hak-hak kelompok marjinal, Yulianus juga memiliki visi sebagai warga negara, ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kelompok marjinalpun bisa turut menyumbang pada pembangunan negara.

“Kami ingin tunjukkan pada masyarakat bahwa kami memiliki intelektual dan kemauan keras. Selama ini mereka melihat waria atau transgender tidak lepas dari pelacuran atau pengamen.”

Yulianus, sementara ini telah menggondol gelar sarjana hukum dari sebuah universitas Islam di Jakarta. Baginya, kenyataan ini semakin meyakinkan dirinya bahwa perubahan telah terjadi. “Saya sebagai waria dapat diterima dan kuliah di sebuah perguruan tinggi yang fanatik dan lulus dari sana.”

Fit and proper test
Pada pencalonan tahun 2007, Yulianus gagal dalam seleksi terakhir fit and proper di DPR. Profesor Siti Musdah Mulia, yang kala itu bertindak sebagai sekretaris Komite Independen Pemilihan Anggota Komisioner Komnas HAM periode 2007-2012, mengatakan kala itu banyak protes dan kemarahan dari berbagai kelompok, bahkan dari orang-orang yang dikenal sebagai pembela HAM dan pejuang demokrasi. Demikian katanya kepada Ourvoice, LSM pejuang hak LGBT.

Menanggapi tes di DPR ini, Hartoyo, pimpinan Ourvoice juga menyuarakan keraguannya. “Kita tahu DPR adalah lembaga politik, maka kepentingan politiknya banyak.”

Walau demikian, Hartoyo berharap DPR bisa obyektif dalam menilai dan mendasarkan penilaian pada kompetensi mereka dalam menegakkan hak azasi manusia terlepas apakah mereka gay atau waria. “Paling tidak dari dua calon itu, salah satunya bisa lolos,” demikian harap Hartoyo.

Seleksi selanjutnya, tahap ketiga akan berlangsung 13 April yang akan menyisakan 60 dari 120 calon saat ini.

sumber : www.rnw.nl