Search
Close this search box.

TEMPO.COJakarta – Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) memberikan dukungan penuh kepada pemain pertama di Liga Primer Barclays yang mau mendobrak hal tabu di sepak bola dan terbuka mengaku sebagai gay atau homoseksual. Justin Fashanu, satu-satunya pemain dalam sejarah sepak bola Inggris yang terbuka mengaku gay.

Pada peluncuran kampanye kepedulian di Wembley “Opening Doors and Joining In”, Senin, 20 Februari 2012, pimpinan FA berjanji memberikan sanksi tegas kepada siapa pun yang terbukti bersalah sebagai homofobia.

Adrian Bevington, Direktur Manajemen Klub Inggris, akan mempromosikan budaya “So What” di seluruh jajaran sepak bola di Inggris sebagai bagian dari komitmen meningkatnya kepedulian. Meskipun FA telah menekankan inisiatif mereka bukanlah awal pencarian pemain sepak bola gay, “Opening Doors and Joining In” dirancang sebagai keanekaragaman permainan.

“Kami ingin meyakinkan bahwa ada salah seorang pemain kami yang berharap bisa terbuka tentang seksualitas mereka, maka mereka bisa melakukannya dengan dukungan penuh dari FA. Kami ingin ada budaya, ‘So What’ dalam sepak bola,” ujar Bevington.

FA mendorong semua orang yang ada dalam permainan itu, penonton, pemain, manajer, dan ofisial pertandingan untuk melaporkan masalah homofobia dan transfobia. Pemimpin PFA, Gordon Taylor, telah menandatangani ratusan poster kepedulian yang akan dikirimkan ke klub-klub profesional di Inggris yang diminta untuk ditempatkan di dinding ruang ganti pemain.

Juru bicara FA, David Bernstein, juga memberikan perhatiannya terhadap enam langkah utama untuk menciptakan lingkungan di mana, “komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender bisa lebih aktif terlibat, tanpa takut atas perlakukan diskriminasi”.

FA sendiri berjanji bertindak melawan siapa pun yang diketahui bersalah membuat komentar homofobik dalam pertandingan, dengan pilihan larangan bertanding untuk beberapa pertandingan.

Melalui inisiatif ini, mereka akan menyediakan program pendidikan sebagai langkah awal untuk menyampaikan masalah diskriminasi dalam segala bentuk di pertandingan.

Dalam acara ini, FA juga meminta bekas pemain profesional Graeme Le Saux dan John Scales untuk mendiskusikan pengalaman menarik mereka di ruang ganti. Le Saux, yang saat ini sudah menikah, pernah dilabeli sebagai gay sepanjang karier profesionalnya. Dia mengaku bahwa saat itu sebagai anak muda, dia tidak bisa mengatasi isu itu dengan baik. Tapi sekarang pun akan sangat sulit bagi pemain sepak bola gay secara terbuka mengakui seksualitasnya.

“Pada saat itu, isu itu mengisolasiku dari teman-teman satu tim dan meskipun aku bukan seorang gay, dan bahkan 20 tahun kemudian aku pikir tidak akan mudah bagi pemain untuk mengakui secara terbuka orientasi seksual mereka,” ujar Le Saux.

“Ketakutanku adalah kebekuan yang akan mengikuti setelahnya. Tapi sepak bola sekarang lebih multikultural dibandingkan dulu. Jadi ini saatnya untuk mengubah perilaku. Ruang ganti modern penuh dengan latar belakang yang beda, jadi aku tidak berpikir orang akan menuntut pemaingay berganti di ruang yang berbeda. Melakukan kesalahan homofobia adalah isu kompleks, tapi aku akan membela temanku di ruang ganti jika ada yang membuat pernyataan yang tidak bisa diterima,” katanya.

Sementara itu, John Scales, mantan pemain Wimbledon, pernah berkelahi dengan John Fashanu karena mengeluarkan komentar polos tentang adik John yang seorang gay. “Aku tidak punya kekasih saat itu. Jadi semua pemain menyimpulkan bahwa aku pasti gay. Aku sampai harus memastikan kepada semua bahwa aku punya kekasih yang akan aku ajak makan malam untuk membuktikan kepada semua orang bahwa aku bukangay. Fashanu bereaksi keras terhadap komentar polos yang aku buat tentang adiknya dan dia membenturku dengan keras saat latihan, tapi aku menerima itu,” kata Scales.

Terlepas dari tindakan terpuji yang dilakukan FA, kampanye ini juga mendapat kritikan dari aktivis pendukung hak gay, Peter Tatchell. Ia mengklaim FA hanya bermanis kata dalam menanggapi topik yang saat ini berkembang mengenai pentingnya persamaan status sosial. “Inisiatif baru ini patut dihargai dan bisa diterima, tapi penuh dengan keragu-raguan dan janji-janji saja,” ujar Tatchell.

sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/02/21/099385352/p-FA-Kampanye-Bela-Hak-Pemain-Gay