Search
Close this search box.


SuaraKita.org – Sebuah sekolah khusus transgender diresmikan dalam sebuah acara di Gaddafi Stadium di kota Lahore, kota yang dianggap sebagai salah satu kota paling liberal dan progresif di Pakistan.

“Kami akan memberikan pelatihan dan kurikulum berbasis keterampilan kepada komunitas transgender yang telah mendaftar bersama kami,” kata Moizzah Tariq, yang LSMnya Exploring Future Foundation (EFF) mengatur acara peresmian sekolah untuk transgender ini.

“Sebagian besar dari mereka telah menunjukkan minat di sektor industri fesyen termasuk belajar tentang kosmetik, perancangan busana, bordir, dan jahitan, sementara beberapa juga menunjukkan minat dalam desain grafis dan keterampilan kuliner,” lanjutnya. “Setelah mendapatkan informasi dari mereka,  kami merancang program kami untuk mereka.”

Pemilik sekolah, Asif Shahzad, menambahkan bahwa dia berharap sekolah transgender ini akan menjadi “arus utama” di dunia Islam. Dia mengatakan sekolah di Pakistan terinspirasi oleh pendirian dan penutupan  dari fasilitas pendidikan Islam bagi transgender yang serupa di Indonesia.

Pada tahun 2016, pihak berwenang di Yogyakarta menutup pesantren untuk transgender Al Fatah dengan tuduhan penyalah gunaan alkohol, karaoke dan kegiatan lainnya yang menyebabkan keluhan dari penduduk setempat. Sebelum pemerintah menutupnya, pesantren tersebut menerima kunjungan dari puluhan anggota Front Jihad Islam (FJI), sebuah organisasi lokal, yang bersikeras bahwa mereka perlu mengetahui apakah “kegiatan menyimpang” terjadi di pesantren. Pesantren Al-Fatah terus beroperasi selama beberapa waktu meskipun tidak memiliki lisensi.

“Kami berusaha meyakinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, dan juga mencoba memberi tahu seluruh masyarakat bahwa mereka juga manusia dan bahwa mereka harus diperlakukan sebagai manusia,” kata Asif Shahzad tentang sekolahnya di Pakistan.

Sekolah ini mengakomodasi orang-orang dari segala usia dan memberikan murid mereka  kualifikasi setara diploma yang akan memungkinkan murid untuk mencari pekerjaan atau memulai bisnis mereka sendiri.

Acara pembukaan sekolah ini dihadiri oleh beberapa aktivis transgender paling terkenal di Pakistan, termasuk penyiar berita transgender Marvia Malik dan aktris Zara Changezi, dan menampilkan permainan yang mengeksplorasi dampak HIV pada komunitas LGBT.

Hak LGBT di Pakistan masih sangat dibatasi di bawah hukum Islam negara itu, dengan hukuman resmi untuk hubungan sesama jenis adalah hukuman mati, meskipun hukum ini tidak sering ditegakkan.

Dalam banyak kasus, mereka yang dituduh sodomi sering menjadi sasaran kekerasan oleh massa yang melakukan persekusi atas nama Islam, yang juga secara teratur turun ke jalan untuk menuntut kepatuhan yang lebih ketat terhadap Hukum Syariah.

Massa semacam itu juga biasanya menargetkan orang Kristen, yang dianggap melanggar undang-undang penodaan agama dan biasanya tetap berada di dasar sistem kasta sosial negara.

Namun, kelompok transgender masih menikmati perlindungan sipil di bawah undang-undang yang mengikuti putusan pengadilan di tahun 2009 yang dirancang untuk melindungi mereka dari diskriminasi dan pelecehan.

Hak-hak transgender telah berkembang pesat sejak keputusan itu, dan tahun lalu komite Senat negara itu mengeluarkan “Pasal Hak Individu Transgender (Perlindungan Hak)” 2017 yang memberi mereka perlindungan penuh di bawah hukum. (R.A.W)

Sumber:

Breitbart