Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Dengan tagar  #Iamgaynotapervert dan gambar hati dan pelangi, puluhan ribu warga China membanjiri halaman media sosial selama akhir pekan untuk memprotes upaya penyensoran gambar, video dan kartun yang bertema gay.

Protes tersebut dilakukan sebagai tanggapan terhadap pernyataan Weibo, salah satu situs jejaring sosial paling populer di China pada hari jum’at (13/4), yang akan menghapus unggahan yang berkaitan dengan LGBT, sebagai bagian dari upaya “pembersihan” yang dilakukan selama tiga bulan.

Pihak Weibo  mengatakan bahwa mereka akan mencoba untuk membatasi penyebaran konten seksual sugestif dan kekerasan dan bahwa penyensoran itu akan menargetkan kartun, gambar, teks, video pendek dan fiksi romantis. Situs itu mengatakan tujuannya adalah untuk mempromosikan lingkungan “yang harmonis” dan untuk mematuhi hukum keamanan siber yang ketat yang diberlakukan oleh Presiden Xi Jinping.

Beberapa akun segera dimatikan dengan pesan bahwa pos mereka berisi “konten ilegal” tetapi pengumuman Weibo malah menarik 24.000 komentar dan diteruskan sebanyak 110.000 kali. Lebih dari 170.000 orang menggunakan tagar “I am gay” sebelum akun mereka ditutup tengah hari pada hari Sabtu (14/4).

Warga China mengatakan kampanye itu adalah tanda lain diskriminasi terhadap lesbian, gay, biseksual dan transgender di China, lebih dari dua dekade setelah negara itu mendekriminalisasi homoseksualitas.

Cina telah mendekriminalisasi homoseksualitas pada tahun 1997 dan mendeklasifikasinya sebagai penyakit mental pada tahun 2001 tetapi otoritas pemerintah masih mengendalikan praktik diskriminasi dalam banyak hal.

Situs New York Times mengutip koran lokal Cina The People’s Daily yang memuat artikel yang mengatakan bahwa menjadi gay atau biseksual adalah “bukan penyakit,” tetapi menambahkan bahwa individu gay perlu “memikul tanggung jawab sosial mereka sendiri ketika mengadvokasi hak-hak mereka”.

Sesuai undang-undang keamanan siber baru, China dapat menekan entitas pribadi untuk menyensor konten yang dianggap tidak pantas.

Seorang pengguna Weibo menulis,”Tidak boleh ada homoseksualitas di bawah sosialisme?”. “Tidak dapat dipercaya bahwa China maju secara ekonomi dan militer tetapi kembali ke era feodal dalam hal ide.”

Bulan lalu, festival film Beijing menarik film bertema gay nominasi Oscar Call Me By Your Name dari kalendernya tanpa penjelasan.

Sementara itu di tanah air, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Izza mengatakan pihaknya telah menyampaikan surat permintaan kepada Google Play Store Indonesia untuk melakukan pemblokiran aplikasi LGBT di Indonesia. Dari 73 aplikasi yang diminta dihentikan, 14 di antaranya telah dihentikan. Noor menuturkan pihaknya masih terus melakukan penelusuran untuk menemukan bukti bahwa aplikasi kencan untuk LGBT itu memuat konten pornografi. “Kita berharap aplikasi lainnya bisa di-take down oleh Google,” tuturnya. (R.A.W)

Pembaruan berita:

Pihak Weibo pada Senin (16/4) kemarin akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak lagi menargetkan konten-konten gay, namun hanya menyensor konten-konten yang terkait dengan pornografi, kekerasan dan kesadisan. Weibo juga berterima kasih atas masukan yang diberikan oleh warganet. 

 

Sumber:

Aninews – Tempo – Advocate – NYtimes – GSN