Ourvoice.or.id. Sabtu 1 Desember 2012 bertepatan dengan hari HIV/AIDS internasional. Di Bali, ratusan anak-anak dari sekolah dasar di Denpasar menggelar aksi menggambar. Tema yang diambil tentang bagaimana persepsi anak tentang penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh itu.
Menggambar bersama itu digelar di Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar. Menurut Ketua Yayasan Spirit Paramacitta, Putu Ayu Utami Dewi, di Bali, terdapat sekitar 6.504 pengidap HIV/AIDS. Dari jumlah itu, yayasan mendampingi sebanyak 1.454 orang yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.
“Dari jumlah itu 47 di antaranya adalah anak-anak di bawah usia 14 tahun. Kami baru menjangkau 35 anak,” kata Ayu, Sabtu 1 Desember 2012.
Menurut Ayu, perkembangan penularan terhadap anak-anak lebih banyak terjadi di pedesaan. “Biasanya mereka juga keluarga miskin,” ujarnya.
Yang lebih miris, imbuh dia, pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Karangasem mengalami diskriminasi. Ia diminta orangtua siswa lain untuk pindah sekolah. “Ada yang dilarang sekolah di Karangasem. Diminta pindah sekolah. Pihak sekolah menghubungi kami untuk konsultasi,” ulas dia.
Beruntung, setelah Ayu dan rekannya di yayasan memberi penjelasan tentang HIV/AIDS dan penularannya, penderita yang masih duduk di kelas 2 SLTP itu dapat diterima lingkungannya.
“Kami jelaskan jika HIV/AIDS tidak menular melalui kontak sosial. Akhirnya tidak jadi diminta pindah. Sekarang sudah kembali normal dan diterima,” kata dia.
Menurut dia, hal itu terjadi lantaran program HIV/AIDS untuk anak-anak belum ada. Melalui acara “melukis harapan dunia” ini, yayasan ingin memberikan gambaran kepada anak-anak.
“Kalau ada yang terinfeksi harus diperlakukan dengan baik,” tegas Ayu pada acara yang diikuti 30 sekolah di Denpasar itu.
Dengan digelarnya acara ini, Ayu berharap peran guru dapat ditingkatkan dalam memberi pemahaman kepada peserta didik mereka. Ini juga dilakukan untuk menekan stigma diskriminasi.
Ke depan, Ayu berharap yayasannya dapat menerbitkan modul melalui buku dongeng tentang penyakit HIV/AIDS, utamanya soal pencegahan dan penularannya. “Kami akan meminta dukungan dari Dinas Pendidikan untuk membuat booklet, buku cerita dalam bentuk dongeng tentang penyakit ini,” ujar Ayu. (art)
Sumber: nasional.vivanews.com